Nama : Ahmad Syarif
NIM : 11242103177
Kelas / sem :B / VI
M.Kul : Psikologi Kriminal
PSIKOSIS
DAN NEUROSIS
A. Psikosis
1.Pengertian Psikosis
•
Menurut
Singgih D. Gunarsa (1978 : 140), psikosis ialah gangguan jiwa yang meliputi
keseluruhan kepribadian, sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam
norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum.
•
W.F. Maramis (1980 : 180), menyatakan bahwa psikosis
adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of
reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran,
kemauan, motorik, dst. sedemikian berat sehingga perilaku penderita tidak sesuai
lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis tidak dapat dimengerti oleh
orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang gila.
•
Menurut Zakiah Daradjat
(1993 : 56), menyatakan Psikosis adalah
Seorang yang diserang penyakit jiwa
(psychosie), kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu
menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya.
Seringkali orang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia
menganggap dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih
penting dari orang lain.
•
.
Kesimpulan
•
Psikosis
merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit jiwa, yang terjadi
pada semua aspek kepribadian.
•
Bahwa
penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas, penderita
hidup dalam dunianya sendiri.
•
Psikosis
tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita.
Penderita tidak menyadari bahwa dirinya sakit.
•
Dalam
bahasa sehari-hari, psikosis disebut dengan istilah gila.
2. Jenis jenis Psikosis
a.
Psikosis
organik
v
Psikosis
organik adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh faktor-faktor fisik atau
organik, yaitu pada fungsi jaringan otak, sehingga penderita mengalamai
inkompeten secara sosial, tidak mampu bertanggung jawab, dan gagal dalam menyesuaikan
diri terhadap realitas.
v Psikosis organis dibedakan menjadi beberapa jenis
dengan sebutan atau nama mengacu pada faktor penyabab terjadinya. Jenis
psikosis yang tergolong psikosis organik adalah sebagai berikut.
ü Alcoholic psychosis, terjadi karena fungsi jaringan otak terganggu
atau rusak akibat terlalu banyak minum minuman keras.
ü Drug psychose atau psikosis akibat
obat-obat terlarang (mariyuana, LSD, kokain, sabu-sabu, dst.).
ü Traumatic psychosis, yaitu
psikosis yang terjadi akibat luka atau trauma pada kepala karena kena pukul,
tertembak, kecelakaan, dst.
ü Dementia paralytica, yaitu psikosis yang terjadi akibat infeksi syphilis
yang kemudian menyebabkan kerusakan sel-sel otak.
b.
Psikosis
fungsional
Psikosis
fungsional merupakan penyakit jiwa secara fungsional yang bersifat nonorganik,
yang ditandai dengan disintegrasi kepribadian dan ketidak mampuan dalam melakukan penyesuaian sosial. Psikosis jenis
ini dibedakan
menjadi beberapa ., yaitu : schizophrenia, psikosis mania-depresif, dan
psiukosis paranoid (Kartini Kartono, 2000 : 106).
1. Schizophrenia
Arti sebenarnya dari Schizophrenia adalah kepribadian
yang terbelah (split of personality). Sebutan ini diberikan berdasarkan gejala
yang paling menonjol dari penyakit ini, yaitu adanya jiwa yang terpecah belah.
Antara pikiran, perasaan, dan perbuatan terjadi disharmoni.
Faktor penyebab terjadinya schizophrenia
Pendapat
para ahli mengenai factor penyebab schizophrenia ada bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa
penyakit ini merupakan keturunan. Ada pula yang menyatakan bahwa schizophrenia
terjadi gangguan endokrin dan metabolisme. Sedangkan pendapat yang berkembang
dewasa ini adalah bahwa penyakit jiwa ini disebabkan oleh beberapa factor,
antara lain keturunan, pola asuh yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, dan
penyakit lain yang belum diketahui (W.F. Maramis, 1980 : 216-217).
2. Psikosis Mania-Depresif
Psikosis mania-depresif merupakan kekalutan mental yang berat, yang berbentuk gangguan emosi yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya kegembiraan yang
berlebihan (mania) menjadi kesedihan
yang sangat mendalam (depresi) dan
sebaliknya dan seterusnya.
v Gejala-gejala psikosis mania-depresif
(a) Gejala-gejala mania antara lain,euphoria (kegembiraan secara berlebihan,waham kebesaran,hiperaktivitas, pikiran melayang.
(b) Gejala-gejala depresif antara lain ,kecemasan,pesimis,hipoaktivitas,insomnia, anorexia.
v Faktor penyebab psikosis mania-depresif
Psikosis
mania-depresif disebabkan oleh factor yang berhubungan dengan
dua gejala utama penyakit
ini, yaitu mania dan depresi. Aspek mania terjadi akibat dari usaha untuk
melupakan kesedihan dan kekecewaan hidup dalam bentuk aktivitas-aktivitas yang
sangat berlebihan. Sedangkan aspek depresinya terjadi karena adanya penyesalan
yang berlebihan.
3. Psikosis Paranoid
Psikosis paranoid merupakan penyakit jiwa yang serius
yang ditandai dengan banyak delusi atau waham yang disistematisasikan dan
ide-ide yang salah yang bersifat menetap. Istilah paranoid dipergunakan pertama
kali oleh Kahlbaum pada tahun 1863, untuk menunjukkan suatu kecurigaan dan
kebesaran yang berlebihan (W.,F. Maramis, 1980 : 241).
v Gejala-gejala psikosis paranoid
Ø Sistem waham yang kaku, kukuh dan sistematis, terutama
waham kejaran dan kebesaran baik sendiri-sendiri maupun bercampur aduk
Ø Pikirannya dikuasai ole hide-ide yang salah, kaku, dan paksaan..
Ø Mudah timbul rasa curiga .
v Faktor penyebab psikosis paranoid
Ø Kebiasaan berpikir yang salah;
Ø Terlalu sensitif dan seringkali dihinggapi rasa
curiga;
Ø Adanya rasa percaya diri yang berlebihan (over
confidence);
Ø Adanya kompensasi terhadap kegagalan dan kompleks
inferiorita
B. Pengertian Neurosis
Menurut Singgih Dirgagunarsa (1978 :
143), neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari
kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan
pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang
memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat
bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada
sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai
dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik,
hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi
fisik, dst.
Berdasarkan pendapat mengenai
neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian
mengenai neurosis sebagai berikut:
a. Neurosis merupakan gangguan jiwa
pada taraf ringan.
b. Neurosis terjadi pada sebagian
kecil aspek kepribadian.
c. Neurosis dapat dikenali
berdasarkan gejala yang paling menonjol yaitu kecemasan.
d. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan
mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
e. Penderita neurosis tidak
memerlukan perawatan khusus di rumah sakit jiwa.
B. Macam-macam neurosis
Kelainan jiwa yang disebut neurosis
ditandai dengan bermacam-macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling
menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian
pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain,
bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga
gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis
tertentu (W.F. Maramis, 1980 : 258).
Bahwa nama atau sebutan untuk
neurosis diberikan berdasarkan gejala yang paling menjonjol atau paling kuat.
Atas dasar kriteria ini para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai
berikut (W.F. Maramis, 1980 : 257-258).
1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
a. Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan,
tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut.
Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan.
1) Gejala somatis dapat berupa sesak
nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat
dingan, dst.
2) Gejala psikologis berupa
kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu, dst.
b. Faktor penyeban neurosis cemas
Menurut Maramis (1998 : 261), faktor pencetus neurosis cemas
sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang
menahun seperti kemarahan yang dipendam.
c. Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis
cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari
penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini
pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi
yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas, yaitu : 1) psikoterapi
individual, 2) psikoterapi kelompok, 3) psikoterapi analitik, 4) sosioterapi,
5) terapi seni kreatif, 6) terapi kerja, 7) terapi perilaku, dan 8)
farmakoterapi.
2. Histeria
a. Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang
ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara
untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang
emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang
tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara
tiba-tiba, teruma bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi
emosional yang hebat.
b. Jenis-jenis histeria
Histeria digolongkan menjadi 2,
yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria
mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah
atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan
fungsional susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala :
lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.
2) Histeria mayor atau reaksi
disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi
bila kecemasan yang yang alami penderita demikian hebat, sehingga dapat
memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang
terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala :
amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian ganda.
c. Faktor penyebab histeria
Menurut Sigmund Freud, histeria
terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian
direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk
melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis
tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak
sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk
gannguan jiwa.
d. Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang
dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria yaitu :
1) Teknik hipnosis (pernah
diterapkan oleh dr. Joseph Breuer);
2) Teknik asosiasi bebas
(dikembangkan oleh Sigmund Freud);
3) Psikoterapi suportif.
4) Farmakoterapi.
3. Neurosis fobik
a. Gejala-gejala neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang
jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat
irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya
perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat, dst.
Ada bermacam-macam fobia yang nama
atau sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
1) Hematophobia: takut
melihat darah
2) Hydrophobia: takut pada
air
3) Pyrophibia: takut pada api
4) Acrophobia: takut berada
di tempat yang tinggi
b. Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi karena
penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi
atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman traumastis
ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidak sadarannya). Namun pengalaman
tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa.
c. Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis, neurosa fobik sulit
untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau
berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif
baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat
dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah :
1) Psikoterapi suportif, upaya untuk
mengajar penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta
psikodinamikanya.
2) Terapi perilaku dengan deconditioning,
yaitu setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak
menyenagkan.
3) Terapi kelompok.
4) Manipulasi lingkungan.
4. Neurosis obsesif-kompulsif
a. Gejala-gejala neurosis
obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke
dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada
dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun
sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain
;
1) Kleptomania : keinginan
yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.
2) Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan
untuk membakar sesuatu.
3) Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan
untuk bepergian.
4) Mania cuci tangan :
keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.
b.Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi
karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D., 2000 : 116-117).
1) Konflik antara
keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
2) Trauma mental emosional, yaitu
represi pengalaman masa lalu (masa kecil).
c. Terapi untuk penderita neurosis
obsesif-kompulsif
1) psikoterapi suportif;
2) penjelasan dan pendidikan;
3) terapi perilaku.
5. Neurosis depresif
a. Gejala-gejala neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis
dengan gangguang utama pada perasaan dengan ciri-ciri : kurang atau tidak
bersemangat, rasa harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri.
Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :
1) gejala jasmaniah :
senantiasa lelah.
2) gejala psikologis : sedih,
putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya, dst.
c. Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh
David D. Burns (1988 : 6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat
tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa
depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari
adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan
suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif pula.
Burns berpendapat bahwa persepsi
individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu memahami
realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas
tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan
realitas sebenarnya.
d. Terapi untuk penderita neurosis
depresif
Untukmenyembukan depresi, Burns
(1988 : 5) telah mengembang-kan teknik terapi dengan prinsip yang disebut terapi
kognitif, yang dilakukan dengan prinsip sebagai berikut.
1) Bahwa semua rasa murung
disebabkan oleh kesadaran atau pemikiran ang bersangkutan.
2) Jika depresi sedang terjadi maka
berarti pemikiran telah dikuasai oleh kekeliruan yang mendalam.
3) Bahwa pemikiran negative
menyebabkan kekacauan emosional.
Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran
yang salah, yang telah menyebabkan terjadinya kekacauan emosional. Selain
terapi kognitif, bisa pula pendrita depresi mendapatkan farmakoterapi.
6. Neurasthenia
a. Gejala-gejala neurasthenia
Neurasthenia disebutjuga penyakit
payah. Gejala utama gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun
hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan berpikir
menurun.
Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat
gejala-gejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi
bermacam-macam penyakit, dst.
b. Faktor penyebab neurasthenia
Neurasthenia dapat terjadi karena
beberapa faktor (Zakiah Daradjat, 1983 : 34), yaitu sebagai berikut.
1) Terlalu lama menekan perasaan,
pertentangan batin, kecemasan.
2) Terhalanginya
keinginan-keinginan.
3) Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan
c. Terapi untuk penderita
neurasthenia
Upaya membantu penyembuahn penderita
neurasthenia dapat dilakukan dengan teknik terapi sebagai berikut.
1) Psikoterapi supportif;
2) Terapi olah raga;
3) Farmakoterapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar